Judul : Let me stay by your side
Penulis :
ritchuukiPairing : Alan x Eric
Rating : PG (for start)
Genre : Romance, BL, Angst
Language : Indonesian
Summary :
Ijinkan aku disimu saat kau membutuhkanku... Bukankah kita bersama?Disclaimer : Semua karakter adalah milik Yana Toboso sensei (tentunya)

-Alan's Apartement 07.11 pm-
Alan memakai kemeja putihnya. Mengancingkan kancing kemejanya satu per satu pelan-pelan. Pagi ini ia bangun dari tidur tetapi rasa letihnya sejak kemarin sama sekali tidak hilang. Sudahlah, pikirnya. Hari ini ia berencana untuk tidak terlalu memaksakan diri, mengingat sepertinya rekan-rekannya sudah mulai terlihat mengkhawatirkannya. Mereka sudah tahu tentang 'itu' dan mulai memperlakukannya berbeda. Dibelakang Alan, banyak juniornya yang diam-diam menjadikan dirinya dan 'penyakit itu' sebagai topik pembicaraan. Tapi Alan cukup bisa menahan diri dengan mempertahankan wibawanya sebagai seorang Shinigami.
Harga dirinya sebenarnya sudah cukup terluka karena ia seperti membiarkan orang lain memperlakukannya berbeda setelah tahu tentang 'itu'. Karenanya hari ini ia akan mencoba berusaha sebisa yang mampu ia lakukan saja, setidaknya ia tidak akan membuat orang lain menjadi repot karena harus mengurusi dia. Tidak. Tidak lagi. Alan tak akan membiarkan itu.
Tapi walau begitu, kini ia sadar betul setelah serangan kemarin. Kemampuannya memang terbatas. Sungguh malu ia mengakuinya, bahwa ia tidak akan bisa memjadi seperti Shinigami yang diidamkannya—seperti para senpai-nya di Shinigami Dispatch Association. Bagaimanapun dia berusaha, dia tidak akan bisa menjadi Shinigami seperti Eric-senpai yang sangat ia hormati. Benar, seperti Eric-senpai. Ia sungguh mendambakan bisa menjadi Shinigami teladan seperti Eric-senpai. Ia selalu ingin menjadi senior yang bisa diandalkan seperti partnernya itu, senior yang sepertinya cuek namun sangat cekatan dan selalu perhatian membimbing para junior mereka seperti pada dirinya dulu. Sosok yang sangat dihormati dan berkharisma. Senior yang paling dekat dengan para kohai-nya dan paling pandai membuat orang lain merasa nyaman. Sempurna dalam pekerjaan. Benar, Alan sangat sadar… Bahwa sepertinya impiannya yang satu itu tidak akan pernah bisa terwujud setelah ia terkena Shi no Toge, sang 'Duri Kematian'.
Berhentilah mengeluh, Alan. Sekarangpun masih ada yang bisa kau lakukan dengan sekuat tenaga, ujarnya pada diri sendiri. Karena bekerja di Shinigami Dispatch Association juga merupakan mimpinya sejak dulu. Setelah tahu dirinya sudah mati, lalu ternyata jiwanya "dilahirkan kembali" menjadi Dewa Kematian... Alan menerima takdirnya. Alan meyakini Tuhan telah berbaik hati dengan menunjukan jalan yang harus dilaluinya, sebagai Shinigami. Alan menyakini bahwa segala sesuatunya merupakan bagian kecil dari takdirnya. Dan dia ingin sebisa mungkin 'berguna' setelah menjadi Shinigami disana. Agar orang-orang disana dapat senang melihat hasil kerjanya karena Alan sungguh merasa sangat bahagia bisa berguna untuk yang lainnya. Ia jadi bisa merasakan sedikit arti keberadaan dari dirinya di tempat ini. Tempat yang ia rasa paling cocok denganya dan membuatnya nyaman yaitu di Shinigami Dispatch Association ini. Alan senang dirinya bisa menjadi bagian disitu.
Alan bertekat akan lebih mengandalkan diri sendiri lagi untuk melakukan tugasnya sebagai Shinigami. Ia tidak akan meminta bantuan rekannya lagi, ia tidak ingin merepotkan rekan-rekannya karena kesalahan yang ia buat lagi. Tapi juga tidak akan memaksakan diri berlebihan karena ia tahu, rekan-rekannyalah yang paling akan merasakan imbasnya kalau ia terlalu memaksakan diri lagi. Ia tidak ingin merepotkan siapapun lagi. Ia tidak ingin membuat orang mengasihaninya, ia tidak ingin membuat orang merasa harus membantunya dan ia tidak ingin selalu harus merepotkan orang lain. Khususnya selalu merepotkan seniornya Eric-san. Ia sudah terlalu banyak berhutang pada seniornya itu. Alan ingat ia selalu dibantu bahkan sejak ia masih junior baru. Eric-senpai selalu menolongnya bahkan sejak mereka pertama bertemu. Eric-senpai selalu mejadi sokongan bagi Alan, Terlebih lagi saat ia sadar ada yang tidak beres pada tubuhnya... Seakan dirinya adalah tanggung jawab dari Eric-senpai. Ya, seharusnya ia sudah cukup sadar diri untuk tidak menyusahkan seniornya lebih dari ini.
'Shi no Toge : Thorns of Death', penyakit yang mengutuknya. Setiap kali serangannya datang tubuhnya menjadi begitu lemah tak berdaya. Dadanya luar biasa sakit. Seorang Shinigami yang dijanjikan hidup abadi sepertinya malah terkena kutukan itu. Ia ingin menyalahkan Tuhan, tapi sangat tahu bahwa ini sudah takdirnya. Ia sudah cukup mengeluhkan segalanya sekarang. Tingal ia lebih berusaha lagi maka semua akan bisa teratasi, semua akan baik-baik saja, itu yang dipikirkannya. Ya. Dan setidaknya ia tidak akan membuat orang lain tidak bisa melakukan tugasnya sendiri karena harus memenolongnya lagi. Tidak akan.
-the Headquater 09.40 pm-
"Alan-senpai mada konai no?" Ronald Knox bertanya mengapa Alan belum datang.
"Ee? Mada konai no kai?" Eric segera membalas, dengan melihat kesekeliling mengapa Alan belum datang. Sudah telat hampir sejam dari waktu mereka semua seharusnya berkumpul pagi ini di Headquater office.
"Alan-senpai bukankah tidak pernah telat? Biasanya dia yang paling rajin bukan, selain William-san tentu saja."
"Benar," jawab Eric. Ia jadi merasa sedikit khawatir. Apa Alan baik-baik saja?Apakah sesuatu terjadi lagi padanya…? Mau tidak mau Eric jadi memikirkan yang tidak-tidak.
"Alan Humphries belum datang?" tanya atasan mereka William T. Spears. "Baiklah, mengingat keadaannya kemarin, hari ini anggap saja dia sedang libur. Baik, ini daftar jiwa yang harus kita ambil hari ini. Masing-masing silahkan diterima dan dicek lagi sebelum kalian turun ke dunia manusia," ujarnya sambil membagikan
Shibouyouteiji (daftar jadwal kematian) untuk hari ini. Ron, Eric, dan benerapa Shinigami muda lalu segera melihat daftar itu.
Eric melihat catatan itu. Memasukan lembar-lembar Daftar Jadwal Kematian kedalam bukunya. Ia masih memikirkan keadaan Alan. Apakah Alan baik-baik saja? Bukankan sejak kemarin dia sudah beristirahat di Manshionnya? Apakah dia masih sakit? Haruskah aku datang melihat keadaannya…? Runtutan pertanyaan berputar di kepala Eric.
"Eric Slingby, sepertinya hari ini kau harus bekerja sendirian. Aku akan mengirimkan telegram bahwa partnermu diperbolehkan beristirahat hari ini. Ada cukup banyak jiwa yang harus kau kumpulkan hari ini jadi kuharap kau bisa menyelesaikannya dengan baik," ujar Wiliam menambahkan, sambil menekan kacamatanya ke dalam hidung.
"Baik." Eric mengiyakan. Eric jadi berpikir kalau saja Alan mendengar bahwa hari ini ia diliburkan hatinya bisa terluka. Tapi Tuan Spears sebenarnya cukup baik, ia membiarkan dirinyanya ikut membantu tugas lapangan dari Alan selama ini.
"Tapi ingat, jangan melakukan sesuatu yang tak berguna. Sebenarnya aku ingin memaksamu berpasangan dengan Grell Sutcliff, tapi sepertinya sebanyak apapun kita menunggu itu akan percuma… Atau, kau lebih ingin menunggu Si Grell itu datang?"
"Tidak, tak perlu. Aku sendiri saja sudah cukup bukan?" Eric menjawab dengan santai. Ya… Aku sendiri saja. Karena aku harus menolong Alan. Karena itu…
"Mattaku… Kemana perginya orang itu." Will terlihat kecewa untuk yang kesejuta kalinya.
"Kalau begitu, aku pergi dulu untuk mengumpulkan jiwa". Di ujung bibir Eric tersenyum menyungging. Sekilas, tapi jelas sekali. Dengan Deathscythe di tangannya.
"Ya, aku percaya padamu Mr. Slingby"
Ini kesempatan?
~*~
Review are welcome XD~